Definisi Suppositoria
Suppositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau urethra, umumnya
melunak, meleleh atau melarut dalam suhu tubuh. Suppositoria umumnya dimasukkan
melalui rectum, vagina, kadang-kadang melalui saluran urin dan jarang melalui
telinga dan hidung. Bentuk dan beratnya berbeda-beda. Bentuk dan ukurannya
harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang
atau celah yang diinginkan tanpa menimbulkan kejanggalan dan penggelembungan
begitu masuk, harus dpat bertahan untuk suatu waktu tertentu. Suppositoria
untuk rectum umumnya dimasukkan dengan jari tangan, tetapi untuk vagina
khususnya vaginal insteril atau tablet vagina yang diolah dengan cara kompresi
dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan bantuan alat khusus. Bahan dasar yang sering
digunakan adalah lemak coklat (oleum cacao), polietilen glikol, atau lemak
tengkawang atau gelatin.bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3
gr untuk orang dewasa dan 2 gr untuk anak.supositoria supaya disimpan dalam
wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk. Bentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian yang
besar masuk melalui otot penutup dubur, maka supositoria akan tertarik masuk
dengan sendirinya. Penggunaan obat dalam supositoria ada keuntungannya dibanding
penggunaan obat per os , yaitu :
·
Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
·
Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
·
Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi
efek lebih cepat daripada penggunaan obat per os
·
Bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
1.2 Isi berat dari supositoria dapat ditentukan dengan
·
Menimbang obat untuk sebuah supositoria
·
Mencampur obat tersebut dengan sedikit bahan dasar yang telah
dilelehkan
·
Memasukkan campuran tersebut dalam cetakan
·
Menambah bahan dasar
yang telah dilelehkan sampai penuh
·
Mendinginkan cetakan yang berisi campuran tersebut.setelah
dingin supositoria dikeluarkan dari cetakan dan ditimbang
·
Berat supositoria dikurangi berat obatnya merupakan berat
bahan dasar yang harus ditambahkan
·
Berat jenis obat dapat dihitung dan dibuat seragam
Untuk menghindari masa
yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk menghindari masa yang melekat
pada cetakan maka cetakan sebelumnya dibasahi dengan parafin ,miyak lemak,spritus saponatus .yang
terakhir jangan digunakan untuk
supositoria yang mengandung garam logam , karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti dapat
digunakan larutan oleum ricini dalam etanol.untuk supositoria dengan bahan
dasar PEG dan tween tidak perlu bahan pelicin karena pada pendinginan mudah
lepas dari cetakan karena mengkerut.
1.3 Syarat basis yang ideal
a.
Melebur pada temperature rectal
b.
Tidak toksik, tidak menimbulkan
iritasi dan sensitisasi
c.
Dapat dicampur dengan berbagai
obat
d.
Tidak terbentuk metastabil
e.
Mudah dilepas dari cetakan
f.
Memiliki sifat pembasahan dan
emulsifikasi
g.
Bilangan airnya tinggi
h.
Stabil baik secara fisika
ataupun kimia
i.
Tidak mempengaruhi efektivitas
obat
j.
Memberi bentuk yang sesuai untuk
memudahkan pemakaiannya
k.
Mempengaruhi pelepasan bahan
aktif . Pelepasan yang cepat dibutuhkan apabila bahan aktif untuk tujuan secara
sistemik, dan pelepasan yang lebih lambat apabila bahan aktif untuk tujuan
local. Cara fabrikasi mudah
1.2
Faktor
pemilihan basis suppositoria
A. Selama produksi
1.
Kontraksi. Sedikit kontraksi
pada saat pendinginan volume suppositoria diinginkan untuk memudahkan
pengeluaran dari cetakan
2.
Ke-inert-an. Tidak boleh ada
interaksi kimia antara basis dengan bahan aktif
3.
Solidifikasi. Interval antara
titik leleh dengan titik solidifikasi harus optimal : jika terlau pendek maka
penuangan lelehan ke dalam cetakan akan sulit ; jika terlau panjang waktu
solidifikasi akan menjadi lama sehingga laju produksi suppositoria akan
menurun.
4.
Viskositas. Jika viskositas
tidak cukup, komponen terdispersi dari campuran akan membentuk sedimen
B. Selama penyimpanan
1.
Ketidakmurnian. Kontaminasi
bakteri/fungi harus diminimalisir dengan basis non-nutritif dengan kandungan
air minimal.
2.
Pelembekan. Suppositoria harus
diformulasi agar tidak melembek atau meleleh selama transportasi atau
penyimpanan. Stabilitas. Bahan yang dipilh tidak teroksidasi saat terpapar
udara, kelembapan atau cahaya.
1.3
Hal-hal
yang diperhatikan untuk pemilihan basis
suppositoria
a.
Asal dan komposisi kimia
b.
Rentang pelelehan
Spesifikasi suhu leleh
basis suppositoria(terutama basis lemak) menyatakn suatu rentang suhu leleh
daripada suatu ititk leleh tunggal. Hal ini karena terdapat suatu rentang suhu
antara bentuk stabil dan tidak stabil, suatu hasil dari polimorfisme dari bahan
tersebut. Penambahan cairan ke dalam basis umunya cenderung menurunkan suhu
leleh dari suppositoria akhir, sehingga disrankan penggunaan basis dengan suhu
leleh lebih tinggi. Sedangkan, penambahan sejumlah besar serbuk fine akan
meningkatkan viskositas produk, sehingga diperlukan basis dengan suhu leleh
yang lebih rendah.
c.
Titik pemadatan
d.
Bilangan saponifikasi
e.
Bilangan iodide
Oksidasi basis
supositoria dapat menjadi masalah. Karena sensitivitas dari jaringan mukosa
rectal dan potensinya terpapar basis suppositoria yang meleleh, maka
antioksidan yang memiliki potensi mengiritasi tidak dianjurkan digunakan dalam
suppositoria. Untuk mencegah penggunaannya, sebaiknya digunakan basis dengan
bilangan iodine <3 ( dan lebih diutamakan <1)
f.
Bilangan air(jumlah air yang
dapat diserap dalam 100 g lemak)
g.
Bilangan asam
h.
Solid-Fat-Index( SFI)
i.
Bilangan hidroksil
Bahan yang memiliki
bilangan hidroksil yang rendah juga memberikan stabilitas yang lebih baik dalam
kasus dimana zat aktif sensitive terhadap adanya radikal hidroksi.
1.4
Pembuatan suppositoria
Suppositoria dibuat dengan 3 metode, yaitu : Pembuatan dengan
cara mencetak, kompresi dan digulung
serta dibentuk dengan tangan. Metode yang sering digunakan pada pembuatan
suppositoria baik dalam skala kecil maupun skala industry adalah dengan
pencetakan.
1.
Pembuatan dengan cara mencetak
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metodepencetakan
termasuk:
a)
Melebur basis
b)
Mencampurkan bahan obat yang diinginkan
c)
Menuang hasil leburan ke dalam cetakan
d)
Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi
suppositoria
e)
Melepaskan suppositoria dengan oleum cacao, gelatin gliserin,
polietilen glikol, dan banyak basis suppositoria lainnya yang cocok dibuat
dengan cara mencetak.
Cetakan suppositoria terdapat di pasaran dengan kemampuan
produksi satu per satu atau sejumlah tertentu suppositoria dari berbagai bentuk dan ukuran. Untuk membuat
suppositoria satu per satu bisa digunakan cetakan dari plastic. Cetakan-cetakan
lainnya seperti yang umum di dapatkan di Apotek dapat menghasilkan suppositoria
6, 12 atau lebih dalam 1 x pmbuatan. Cetakan yang digunakan di industry
menghasilkan ratusan suppositoria dari suatu pencetak tunggal. Cetakan yang
umum digunakan sekarang terbuat dari stainless steel, alumunium, tembaga atau
plastic. Cetakan yang dipisah-pisah dalam sekat-sekat umumnya dapat dibuka
secara membujur untuk membersihkan sebelum dan sesudah pembuatan satu batch
suppositoria. Pada waktu leburan dituangkan, cetakan ditutup dan dibuka lagi
bila akan mengeluarkan suppositoria yang sudah dingin. Harus berhati-hati dalam
membersihkan cetakan ini, sebab satu goresan kecil sajaterjadi pada permukaan
cetakanakan menghilangkan kelicinan suppositoria yang dihasilkan. Terutama
cetakan dari bahan plastic sangat mudah dihasikan.
Pelumasan cetakan. Tergantung pada formulasinya, cetakan
suppositoria mungkin memerlukan peumasan sebelum leburan dituangkan ke
dalamnya, supaya bersih dan dan memudahkan terlepasnya suppositoria dari
cetakan. Pelumasan jarang diperlukan bagi suppositoria dengan basisoleum cacao,
atau PEG, karena bahan ini cukup untuk menciut begitu dingin dalam cetakan,
sehingga akan terlepas dari permukaan cetakan dan mudah dikeluarkan. Pelumasan
biasanya diperlukan bilamana membuat suppositoria dengan basis gelatin
gliserin. Lapisan tipis dari minyak mineral dioleskan dengan jari pada
permukaan cetakan, biasanya cukup untuk suatu pelumasan. Harus diingat bahwa
bahan-bahan yang mungkin menimbulkan iritasi terhadap membrane mukosa seharusnya
tidak digunakan sebagai pelumas cetakan suppositoria.
Kalibrasi cetakan. Langkah pertama dalam kalibrasi cetakan
yaitu membuat dan mencetak suppositoria dari basis saja. Cetakan dikeluarkan
dari cetakan rata-ratanya ( bagi pemakaian basis tertentu ). Untuk menentukan
volume cetakan suppositoria tadi lalu dilebur dengan hati-hati dalam gelas ukur
dan volume leburan ini ditentukan untuk keseluruhan dan rata-ratanya.
2.
Pembuatan dengan cara kompresi
Suppositoria dapat juga dibuat dengan menekan massa yang terdiri
dari campuran basis dengan bahan obatnya dalam cetakan khusus memakai alat /
mesin pembuat suppositoria. Dalam pembuatan dengan cara kompresi dalam cetakan,
basis supositoria dan bahan lainnya dalam formula dicampur / diaduk dengan
baik, pergeseran pada proses tersebut menjadikan suppositoria lembek seperti
kentalnya pasta. Dalam pembuatan skala kecil digunakan mortar dan alunya,
apabila mortar ini dipanaskan dalam air hangat sebelum digunakan lalu
dikeringkan, sangat membantu pembuatan basis dan proses pencampuran. Dalam
skala besar proses yang sama juga digunakan, pengadukan adonan dilakukan secara
mekanis dan menggunakan wadah pencampur dipanaskan.
Proses kompresi umumnya cocok untuk pembuatan suppositoria
yang mnegandung bahan obat yang tidak tahan pemanasan dan untuk suppositoria
yang mengandung sebagian besar bahan yang tidak dapat larut dalam basis.
Berbeda dengan metode pencetakan pada pengolahan suppositsoria dengan cara kompresi
tidak memungkinkan bahan yang tidak dapat larut mengendap. Kelemahan proses ini
adalah bahwa mesin suppositoria khusus dibutuhkan dan ada beberapa
keterbatasanseperti bentuk suppositoria yang hanya dapat dibuat dari cetakan
yang ada saja.
3.
Pembuatan secara menggulung dan membentuk dengan tangan
Dengan terdapatnya cetakan suppositoria dalam macam-macam
ukuran dan bentuk, pengolahan suppositoria dengan tangan oleh ahli farmasi
sekarang rasanya hamper tidak pernah dilakukan. Namun demikian melinting dan
membentuk suppositoria dengan tangan merupakan bagian dari sejarah dan seni
para ahli farmasi.
1.5
Pengemasan dan Penyimpanan
Suppositoria gliserin dan suppositoria gelatin
gliserin umumnya dikemas dalam wadah gelas ditutup rapat supaya mencegah
oerubahan kelembapan dalam isi suppositoria. Suppositoria yang diolah dengan
basis oleum cacao biasanya dibungkus terpiah-pisah atau dipisahkan satu sama
lainnya pada celah-celah dalam kotak untuk mencegah terjadinya hubungan antar
suppositoria tersebut dan mencegah perekatan. Suppositoria dengan kandungan
obat yang sedikit pekatbiasanya dibungkus satu per satu dalam bahan tidak
tembus cahaya seperti lembaran metal ( alufoil ). Sebenarnya kebanyakn
suppositoria yang terdapat di pasaran di bungkus dengan alufoil atau bahan
plastic satu per satu. Beberapa diantaranya dikemas dalam strip kontinu berisi
suppositoria yang dipisahkan dengan merobek lubang-lubang yang terdapat
diantara suppositoria tersebut. Suppositoria ini biasa juga dikemas dalam kotak
dorong ( slide box ) atau dalam kotak plastic.
Karena suppositoria tidak tahan panas pengaruh panas,
maka perlu menjaga dalam tempat yang dingin. Suppositoria yang basisnya oleum
cacao harus disimpan di bawah 300F dan akan lebih baik bila disimpan
dalam lemari es. Suppositoria gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di
bawah 350F. suppositoria dengna basis polietilen glikol mungkin
dapat disimpan dalam suhu ruangan biasa tanpa pendinginan. Supositoria yang
disimpan dalam lingkungan yang kelembaban nisbinya tinggi mungkin akan menarik
uap air dan cenderung menjadi seperti spon sebaliknya bila disimpan dalam
tempat yang kering sama sekali mungkin akan kehilangan kelembapannya sehingga
akan menjadi rapuh.
1.6
Evaluasi Suppositoria
1.
Appearance
Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat
berkhasiat didalam basis suppo.suppo dibelah secara longitudinal kemudian
dibuat secara visual pada bagian
internal dan bagian eksternal dan harus nampak seragam.penampakan
permukaan serta warna dapat digunakan untuk
mengevaluasi ketidakadaan :
§
Celah
§
Lubang
§
Pengembangan lemak
§
Migrasi senyawa aktif
(Pharmaceutical Dosage From Disperse SystemVolume 2,
Herbert A.Lieberman,1989,hal.552)
2.
Keragaman Bobot
Timbang masing-masing suppo sebanyak 20, diambil
secara acak. Lalu tentukan bobot rata-rata. Tidak lebih dari 2 suppo yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari % deviasi, yaitu 5% (BP 2002, Appendix XII H, A.253, FI IV 1995
hal.999)
3.
Waktu Hancur / Disintegrasi
Uji ini perlu dilakukan terhadap suppo kecuali suppo
yang ditujukan untuk pelepasan termodifikasi atau kerja lokal diperlama. Suppo
yang digunakan untuk uji ini sebanyak 3 buah. Suppo diletakkan dibagian bawah ‘perforated disc’ pada lalat, kemudian dimasukkan ke silinder
yang ada pada alat. Lalu diisi sebanyak 4 liter dengan suhu 36-37⁰C dan dilengkapi dengan stirer. Setiap 10 menit
balikkan tiap alat tanpa mengeluarkannya dari air. Disintegrasi tercapai ketika
suppo:
a)
Terlarut sempurna
b)
Terpisah dari komponen-komponennya, yang mungkin terkumpul di
permukaan air (bahan lemak meleleh) atau tenggelamdi dasar 9serbuk tidak larut)
atau terlarut (komponen mudah larut) atau dapat terdistribusi disatu atau lebih
cara ini
c)
Menjadi lunak, dibarengi perubahan bentuk, tanpa terpisah
sempurna menjadi komponennya, massa tidak lagi memiliki inti padatan yang
membuatnya tahan terhadap tekanan dari pengaduk kaca.
Suppo hancur dalam waktu tidak
lebih dari 30 menit untuk suppo basis lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk
suppo basis larut air. (BP 2002, A237, FI
IV hal 1087-1088)
4.
Ketegasan / ehancuran, Suppositoria
Tes ini menentukan ketegarn suppo di bawah kondisi
tertentu terhadap pemecahan suppositoria dan ovula yang diukur dengan
menggunakan sejumlah tertentu massa atau beban untuk menghancurkannya. Tes ini
didasarkan untuk suppo dan ovula berbasis lemak. Uji ini tidak sesuai untuk
sediaan yang memiliki bahan pembantu hidrofilik, seperticampuran
gelatin-giserol.
Metode
Cek apakah alat yang digunakan sudah dalam keadan
vertikal atau belum. Alat dipanaskan sampai suhunya 25⁰ C. Sediaan yang akan
diuji telah diletakkan dalam suhu yang
sesuai dengan suhu yang akan digunakan minimal 24 jam. Tempatkan sediaan
diantara kedua penjepit dengan bagian ujung menghadap ke atas.
Tunggu selama 1 menit dan tambahkan lempeng 200 g
pertama. Tunggu lagi selama 1 menit dan tambahkan lempeng berikutnya. Hal
tersebut diulang dengan cara yang sama sampai sediaan hancur. Massa yang
dibutuhkan menghancurkan sediaan (termasuk massa awal yang terdapat pada alat).
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Apabila sediaan hancur dalam 20 detik setelah pemberian
lempeng terakhir maka massa yang
terakhir ini tidak masuk dalam perhitungan.
·
Apabila sediaan hancur dalam waktu antara 20 dan 40 detik
setelah pemberian lempeng terakhir maka massa yang dimasukkan ke dalam
perhitungan hanya setengah dari massa yang digunakan, misal 100 gram.
·
Apabila sediaan belum hancur dalam waktu lebih dari 40 detik
setelah pemberian lempeng terakhir maka seluruh massa lempeng terakhir dimasukkan ke dalam perhitungan. (BP2002, A334, Teori dan Praktek Farmasi
Indonesia, Leon Lachman, 1989, hal.1192-1193)
5.
Berhubungan dengan pelelehan suppositoria
a.
Kisaran Leleh
Uji ini disebut juga uji
kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan
suppositoria untuk melelh sempurna bila dicelupkan ke dalam penanggas air
dengan temperature tetap ( 370C ). Sebaliknya uji kisaran meleleh
mikro adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis
lemak. Alat yang biasa digunakan untuk mengukur kisaran leleh sempurna dari
suppositoria adalah suatu alat disintegrasi tablet USP. Suppositoria dicelupkan
seluruhnya dalam penanggas air yang konstan dan waktu yang diperlukan untuk
meleleh sempura atau menyebar dalam air sekitarnya diukur (Teori Praktek Famasi
Industri, Leon Lachman, 1989, hal. 1191-1192 ).
b.
Uji Pencairan atau Uji Melunak dari Suppositoria
Uji ini mengukur waktu
yang diperlukan suppositoria rectal untuk mencair dalam alat yang disesuaikan
dengan kondisi in vivo. Suatu penyaringan melalui selaput semi permeable diikat
pada kedua ujung kondensor dengan masing-masing ujung pipa terbuka. Alat pada
370C disirkulasi melalui kondensor sehingga separuh bagian bawah
pipa kempis dan separuh bagian atas membuka. Tekanan hidrostatis air dalam alat
tersebut kira-kira nol ketika pipa tersebut mulai kempis. Suppositoria akan
sampai pada level tertentu dan aktu tersebut diukur untuk suppositoria meleleh
dengan sempurna dalam pipa tersebut (Teori Praktek Famasi Industri, Leon
Lachman, 1989, hal. 1192 ).
c.
Pelelehan dan Pemadatan
Pembebasan senyawa aktif
dari basisnya adalah fungsi langsung dari suhu melelehnya. Untuk mendapatkan
efek terapik yang ideal dari sediaan ini maka pemahaman yang bak terhadap
factor-faktor dalam pembuatan sediaan, pada saat perolehan ( atau fusion ) dan
pemadatan, akan menentukan bioavailabilitas optimum dari sediaan akhir. Metode
yang umum digunakan adalah :
·
Tabung kapiler terbuka
·
Tabung U
·
Titik jatuh
( Pharmaceutical Dosage
Form Disperse System Volume 2, Herbert A. Liberman, 1989, hal. 555 )
6.
Keseragaman Kandungan
Sediaan menggunakan uji ini apabila tidak lebih dari 1
sediaan mempunyai kandungan di luar 75-125% rata-rata kandungan. Sediaan tidak
dapat menggunakan uji ini apabila terdapat lebih dari 3 sediaan mempunyai
kandunag di luar batas 85-115% dari rata-rata kandungan atau apabila satu atau
lebih sediaan mengandung lebih 75-125%.
Apabila 2 atau 3 sediaan mempunyai kandungan di luar
batas 85-115% tetapi di dalam batas75-115% maka dilkukan penentuan setiap
kandungan di dalam 20 sediaan lainnya yang di ambil secara acak. Sediaan di uji
apabila tidak lebih dari 3 kandungan sediaan dari jumlah 30 sediaan yang
diperiksa berada di uar batas 85-115% rata-rata kendungan dan tidak ada yang
berada di luar batas 75-115% rata-rata kandungan. ( BP 2002, A253 )
7.
Penentuan Waktu Pelembekan dari Suppositoria Lipotik
Uji ini dilakukan untuk menentukan waktu yang di
butuhkan di dalam air sampai sediaan melembek hingga sediaan tidak mempunyai
ketegaran / ketahanan saat berat tertentu diberikan. Metode ini dapat menggunakan
beberapa alat. ( BP 2002, A332 )
8.
Metode Uji Disolusi Sediaan Suppositoria
Belum
ada metode atau desain alat yang dijadikan standar untuk digunakan dalam
laboratorium farmasi. Factor-faktir yang dapat mempengaruhi disolusi farmasi
dari sediaan suppositoria : pengaruh surfaktan dan kelarutan, pengaruh
viskostas, zat tambahan dan ukuran partikel zat aktif. ( Abdou, Dissolution,
Bioavalability and Bioequivalence; TA A673, Teori Praktek Famasi Industri, Leon
Lachman, 1989, hal. 1194 )