Definisi
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi
disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi
faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian
fraktur. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa
retakan, ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser.
Fraktur pelvis berkekuatan-tinggi merupakan cedera
yang membahayakan jiwa. Perdarahan luas sehubungan dengan fraktur pelvis
relatif umum namun terutama lazim dengan fraktur berkekuatan-tinggi. Kira-kira
15–30% pasien dengan cedera pelvis berkekuatan-tinggi tidak stabil secara
hemodinamik, yang mungkin secara langsung dihubungkan dengan hilangnya darah
dari cedera pelvis. Perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada pasien
dengan fraktur pelvis, dengan keseluruhan angka kematian antara 6-35% pada
fraktur pelvis berkekuatan-tinggi rangkaian besar.
Etiologi
o
Trauma langsung: benturan pada tulang
dan mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut.
o
Trauma tidak langsung: bilamana titik
tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
o
Proses penyakit: kanker dan riketsia.
o
Compresion force: klien yang melompat
dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang.
o
Muscle (otot): akibat injuri/sakit
terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur (misal;
elektrik syok dan tetani).
Epidemiologi
Fraktur lebih sering terjadi pada laki – laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olah raga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Mobilisasi yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki menjadi penyebab
tingginya risiko fraktur. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering
mengalami fraktur daripada laki–laki yang berhubungan dengan meningkatnya
insidens osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause.
Tahun 2001, di Amerika Serikat terdapat lebih dari
135.000 kasus cedera yang disebabkan olahraga papan selancar dan skuter. Dimana
kasus cedera terbanyak adalah fraktur 39% yang sebagian besar penderitanya
laki–laki dengan umur di bawah 15 tahun. Di Indonesia, jumlah kasus fraktur
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas 4 kali lebih banyak terjadi pada
laki–laki daripada perempuan.
Di negara maju, masalah patah tulang pangkal paha
atau tulang panggul merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendapat
perhatian serius karena dampak yang ditimbulkan bisa mengakibatkan
ketidakmampuan penderita dalam beraktivitas. Menurut penelitian Institut
Kedokteran Garvan tahun 2000 di Australia setiap tahun diperkirakan 20.000
wanita mengalami keretakan tulang panggul dan dalam setahun satu diantaranya
akan meninggal karena komplikasi.
Di negara–negara Afrika kasus fraktur lebih banyak
terjadi pada wanita karena peristiwa terjatuh berhubungan dengan penyakit
Osteoporosis. Di Kamerun pada tahun 2003, perbandingan insidens fraktur pada
kelompok umur 50–64tahun yaitu, pria 4,2 per 100.000 penduduk, wanita 5,4 per
100.000 penduduk. Angka yang lebih tinggi di Maroko pada tahun 2005 insidens
fraktur pada pria 43,7 per 100.000 penduduk dan wanita 52 per 100.000 penduduk.
Di Indonesia jumlah kasus fraktur akibat kecelakaan lalu lintas meningkat
seiring pesatnya peningkatan jumlah pemakai kendaraan bermotor. Berdasarkan
laporan penelitian dari Depkes RI tahun 2000, di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung terdapat penderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 444
orang.
Patofisiologi
Tulang panggul terdiri dari ilium, iskium, dan
pubis, yang merupakan cincin anatomis dengan sacrum. Gangguan dari cincin ini
membutuhkan energi yang signifikan. Karena pasukan yang terlibat, patah tulang
panggul sering melibatkan cedera pada organ dalam tulang panggul. Patah tulang
panggul sering dikaitkan dengan perdarahan parah akibat suplai darah yang luas
untuk wilayah tersebut.
Ketika fraktur terjadi, otot-otot yang melekat di
tulang menjadi terganggu. Otot tersebut dapat menjadi spasme dan menarik
fragmen fraktur keluar dari posisi. Kumpulan otot yang besar dapat menyebabkan
spasme otot seperti pada otot femur. Selain itu, periosteum dan pembuluh darah
di tulang yang mengalami fraktur juga terganggu dan kerusakan jaringan lunak
dapat terjadi. Perdarahan terjadi jika ada gangguan pada pembuluh darah dan
tulang yang mengalami fraktur. Kemudian terjadi pembentukan hematoma diantara
fragmen fraktur dan peristeum. Jaringan tulang di sekitar luka fraktur mati,
sehingga menimbulkan respon inflamasi. Kemudian terjadi vasodilatasi, edema,
nyeri, kehilangan fungsi, keluarnya plasthma dan leukosit. Proses ini mengawali
tahap penyembuhan tulang.
Fraktur pelvis berhubungan dengan injuri arteri
mayor, saluran kemih bagian bawah, uterus, testis, anorektal dinding abdomen,
dan tulang belakang. Dapat menyebabkan hemoragi (pelvis dapat menahan sebanyak
+4 liter darah) dan umumnya timbul manifestasi klinis seperti hipotensi, nyeri
dengan penekanan pada pelvis, perdarahan peritoneum atau saluran kemih.
Gejala
klinik dan pemeriksaan laboratorium
Gejala Klinik
a.
Nyeri terus menerus dan bertambah
beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran
fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan
dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya obat.
c.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5
cm.
d.
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas
diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba
akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
e.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal
pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda
ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Pemeriksaan rontgen: menentukan
lokasi/luasnya fraktur/trauma
b.
Kreatinin: trauma otot meningkatkan
beban kreatinin untuk ginjal
c.
Hitung darah lengkap: Hematokrit mungkin
meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur
atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respons
stress normal setelah trauma.
d.
CT scan merupakan pemeriksaan diagnostic
yang perlu dilakukan untuk mengkaji injuri intrra abdomen angiografi,
pielografi intravena dan pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk mengkaji
derajat trauma pada organ yang berbeda.
e.
Pada fraktur test laboratorium yang
perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap
darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa
penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.
Diagnosa
Diagnosa
fraktur pelvis, diantaranya adalah :
a.
Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan
dengan fraktur/trauma.
b.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan rangka/tulang neuromuskuler.
c.
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan alat fiksasi invasive.
d.
Cemas/ takut/ berduka
e.
Gangguan perawatan dini
Standar
terapi
Tahap Penyembuhan Tulang
a.
Tahap pembentukan hematoma
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah
dan fibrin yang masuk ke area fraktur. Suplai darah meningkat terbentuklah
hematoma yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.
b.
Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami
organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
c.
Tahap pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang
rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan
tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat
imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan
atau jaringan fibrus.
d.
Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam
2-3 minggu patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu
3-4 bulan.
e.
Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling
(6-12 bulan)
Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan
aktifitas osteoblas dan osteoklas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai
aslinya.
Prinsip Penatalaksanaan
a.
Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur
pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.
o
Riwayat kecelakaan
o
Parah tidaknya luka
o
Diskripsi kejadian oleh pasien
o
Menentukan kemungkinan tulang yang patah
o
Krepitus
b.
Reduksi: reposisi fragmen fraktur
sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
o
Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan
tulang secara manual dengan traksi atau gips
o
Reduksi terbuka: dengan metode insisi
dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi
dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
c.
Retensi: menyatakan metode-metode yang
dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan
(gips/traksi)
d.
Rehabilitasi: langsung dimulai segera
dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali
pengaruh cedera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak
dengan kruck).
Tindakan Pembedahan
a.
Orif (Open Reduction And Internal
Fixation)
o
Insisi dilakukan pada tempat yang
mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur
o
Fraktur diperiksa dan diteliti
o
Fragmen yang telah mati dilakukan
irigasi dari luka
o
Fraktur direposisi agar mendapatkan
posisi yang normal kembali
o
Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang
dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku
Keuntungan:
o
Reduksi akurat
o
Stabilitas reduksi tinggi
o
Pemeriksaan struktur neurovaskuler
o
Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi
eksternal
o
Penyatuan sendi yang berdekatan dengan
tulang yang patah menjadi lebih cepat
o
Rawat inap lebih singkat
o
Dapat lebih cepat kembali ke pola
kehidupan normal
Kerugian
o
Kemungkinan terjadi infeksi
o
Osteomielitis
b.
Eksternal Fiksasi
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal,
biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama post eksternal fiksasi,
dianjurkan penggunaan gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk
implantasi pen ke tulang Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan
dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain: Observasi
letak pen dan area, Observasi kemerahan, basah dan rembes, Observasi status
neurovaskuler distal fraktur, fiksasi eksternal, fiksasi internal, pembidaian
Prognosis
Fraktur pelvis berhubungan dengan injuri arteri
mayor, saluran kemih bagian bawah, uterus, testis, anorektal dinding abdomen,
dan tulang belakang. Dapat menyebabkan hemoragi (pelvis dapat menahan sebanyak
+4 liter darah) dan umumnya timbul manifestasi klinis seperti hipotensi, nyeri
dengan penekanan pada pelvis, perdarahan peritoneum atau saluran kemih.
Penanganan fraktur pelvis tergantung pada tingkat
keparahan fraktur. Fraktur pelvis yang tidak stabil, weight bearing ditangani
dengan fiksasi eksternal dan ORIF. Pada fraktur yang tidak terlalu parah, non
weight bearing dapat ditangani dengan bedrest.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar