Assalamualaikum wr.wb

Semoga bermanfaat.....^-^

heparin


Ø  MEKANISME KERJA
Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III berfungsi menghambat protease factor pembekuan termasuk factor IIa (thrombin), Xa dan IXa, dengan cara membentuk komplek yang stabil dengan protease pembekuan. Heparin yang terikat dengan AT-III mempercepat pembekuaan komplek tersebut sampai 100 kali. Bila kompleks AT-III  protease sudah terbentuk heparin dilepaskan untuk selanjutnya membentuk ikatan baru dengan membentuk antitrombin.
Hanya sekitar 1/3 molekul heparin yang dapat terikat kuat dengan AT-III. Heparin berat molekul tinggi (5000-30.000) memiliki afnitas kuat dengan antitrombin dan menghambat dengan nyata pembekuan darah. Heparin dengan berat molekul rendah efek antikoagulannya terutama melalui penghambatan factor Xa oleh antitrombin, karena umumnya molekulnya tidak cukup panjang untuk mengkatalisis pembentukan thrombin.
Terhadap lemak darah, heparin bersifat lipotropik yaitu memperlancar transfer lemak darah ke dalam depot lemak. Aksi penjernih ini terjadi karena heparin membebaskan enzim-enzim yang menghidrolisis lemak, salah satunya ialah lipase lipoprotein ke dalam sirkulasi serta menstabilkan  aktivitasnya. Efek lipotropik ini dapat dihambat oleh protamin.

Ø  EFEK SAMPING
Bahaya utama pemberian heparin adalah perdarahan. Meskipun dahulu dilaporkan perdarahan terjadi 1%-33% pasien yang mendapat heparin, penelitian akhir-akhir ini pada pasien tromboemboli vena yang mendapat heparin IV terjadi pada kurang 3% pasien. Insidens perdarahan tidak meningkat pada pasien yang mendapat heparin berat molekul rendah. Jumlah episode perdarahan nampaknya meningkat dengan meningkatnya dosis total perhari dan dengan derajat perpanjangan aPTT, meskipun pasien dapat mengalami perdarahan dengan nilai   
aPTT, dalam kisaran terapeutik. Dalam hal ini perdarahan kadanga-kadanag disebabkan oleh operasi baru, adanya trauma, penyakit tukak peptic, atau gangguan fungsi trombosit. Terjadinya perdarahan dapat dikurangi dengan : (1) mengawasi/ mengatur dosis obat; (2) menghindari persamaan penggunaan dengan obat yang mengandung aspirin; (3) seleksi pasien; dan (4) memperhatikan kontra-indikasi pemberian heparin. Selama masa tromboemboli akut, resistensi atau toleransi terhadap heparin dapat terjadi, dan karena itu efek antikoagulan harus dimonitor dengan tes pembekuan darah misalnya activated partial thromboplastin time (aPTT). Perdarahan antara lain dapat berupa perdarahan saluran cerna atau hematuria. Wanita usia lanjut dan pasien gagal ginjal umumnya lebih mudah mengalami komplikasi perdarahan. Ekimosis dan hematom pada tempat suntikan dapat terjadi baik setelah pemberian heparin secara SK maupun IM.
Perdarahan ringan akibat heparin b iasanya cukup diatasi dengan menghentikan pemberian heparin. Tetapi perdarahan yang cukup berat perlu dihentikan secara cepat dengan pemberian protamin protamin sulfat, suatu antagonis heparin yang diberikan melalui infuse IV secara lambat.
Protamin sulfat ialah suatu basa kuat yang dapat mengikat dan menginaktivasi heparin, tetapi zat ini memiliki efek antikoagulan dan memperpanjang waktu pembekuan karena protamin juga berinteraksi dengan trombosit, fibrinogen dan protein plasama lainnya. Oleh karena itu jumlah protein plsam yang dibutuhkan untuk menetralkan heparin harus seminimal mungkin, umumnya sekitar 1mg protamin untuk tiap 100 U heparin.
Protamin digunakan untuk melawan efek antikoagulan heparin setelah operasi jantung dan tindakan lain pada pembuluh darah.
 Reaksi anafilaktik terjadi pada 1% pasien diabetes mellitus yang pernah mendapat insulin yang mengandung protamin, tetapi kejadian tersebut dapat terjadi pada kelompok pasien lainnya. Reaksi lain yang lebih jarang terjadi vasokontriksi paru, gangguan fungsi ventrikel kiri, hipotensi sistemik dan netroporia sementara, reaksi ini berlansung segera dan menetap kira-kira 2 jam. Karena efek heparin lebih lama dari protamin maka perdarahan dapat kambuh terutama pada pasien pasca bedah, sehingga diperlukan suntikan protamin berikutnya.
                Karena heparin berasal dari jaringan hewan, maka digunakan harus hati-hari pada pasien alergi. Reaksi hipersensitivitas antara lain berupa menggigil, demam, utikarie, atau syok anafilaksis. Pada penggunaan jangaka panajang dapat terjadi mialgia nyeri tulang dan osteoportosis. Osteoporosis melebihi 20.000 unit/hari diberikan selama 4 bulan atau mungkinj kurang. Kadang-kadang dapat terjadi alopesia sementara dan perasaan panas pada kaki. Trombositopenia ringan yang bersifat sementara dapat terjadi pada 25% pasien, dan pada 5% pasien dapat terjadi Trombositopenia berat.  Trombositopenia ringan terjadi pada agregasi penyakit yang diinduksi heparin, dan Trombositopenia berat akibat terbentuknya antibodi antiplatelet. Agresi trombosit yang diinduksi oleh heparin dapat mengakibatkan timbulnya troboemboeli paradoksal. Bila hal tersebut terjadi maka heparin harus dihentikan pemberiannya, dan diganti dengan antikoagulan oral bila keadaan klinis memungkinkan. Nekrosis berat yang kadang-kadang cukup berat dapat terjadi pada tempat penyuntikan SK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Home